Jakarta, 2 Juli 2025 — Sebuah forum diskusi publik yang disebut-sebut akan menjadi wajah baru komunikasi pemerintahan Prabowo-Gibran resmi diluncurkan hari ini. Bertajuk “Berani Bicara #1”, acara ini digagas oleh organisasi relawan Gatotkaca bekerja sama dengan Kantor Komunikasi Presiden Republik Indonesia (PCO). Bertempat di Sekretariat Nasional Gatotkaca, Jalan Pattimura No. 11, Jakarta Selatan, forum ini diresmikan secara simbolis oleh Kepala Komunikasi Kepresidenan RI, Hasan Nasbi, dan dihadiri oleh sejumlah tokoh dari kalangan jurnalis, akademisi, aktivis, hingga relawan akar rumput.
Forum “Berani Bicara” hadir di tengah riuhnya media sosial dan polarisasi politik yang semakin menajam. Alih-alih menjadi ruang propaganda satu arah, forum ini justru dirancang sebagai tempat diskusi terbuka dan kritis, di mana publik bebas menyampaikan pendapat, bahkan kritik, terhadap kebijakan pemerintah. Namun semua dilakukan dalam semangat konstruktif, bukan destruktif. Dalam sambutannya, Hasan Nasbi menyampaikan bahwa tugas utama pemerintah ke depan bukan hanya berbicara, tetapi juga lebih banyak mendengarkan. Menurutnya, forum semacam ini adalah jembatan penting agar aspirasi warga tidak tersesat dalam kegaduhan digital yang tidak berdasar.
Forum ini juga mendapat dukungan penuh dari Ketua Umum Gatotkaca, Indra Simarta, yang menyebut bahwa relawan hari ini harus naik kelas: bukan hanya sebagai penjaga elektabilitas, tetapi juga sebagai penyambung pengetahuan kepada masyarakat. Ia mengingatkan pentingnya keberanian untuk bicara jujur dan menjelaskan kebijakan dengan kepala dingin. “Kalau kita tidak bicara, hoaks yang akan bicara. Kalau kita tidak menjelaskan, fitnah yang menjelaskan,” ujarnya. Pernyataan tersebut disambut tepuk tangan peserta yang memadati aula Seknas Gatotkaca, sebagian besar dari kalangan muda yang siap menjadi garda komunikasi pemerintahan.
Forum perdana ini mengangkat tema seputar arah komunikasi dan kebijakan era Prabowo-Gibran. Pembahasan mencakup topik-topik hangat seperti program makan bergizi gratis, transformasi digital desa, hingga reformasi birokrasi. Salah satu narasumber utama, Deputi Materi Komunikasi PCO, M. Isra Ramli, menegaskan bahwa relawan harus hadir sebagai penyaring narasi, bukan pengikut emosi. Ia juga mengingatkan bahwa oposisi bukan musuh, dan kritik bukan ancaman. Justru dalam kritik yang sehat, pemerintah bisa menemukan celah untuk memperbaiki diri.
Forum ini dirancang berlangsung rutin dua kali dalam sebulan, dengan format diskusi tematik. Setiap edisi akan mengundang lintas sektor untuk berdebat secara terbuka, termasuk kelompok yang berbeda pandangan politik sekalipun. Menurut Sekjen Gatotkaca, Sinar Shinta, keberanian untuk mendengar pandangan yang berseberangan adalah wujud kedewasaan demokrasi yang sesungguhnya. Ia menambahkan bahwa forum ini tidak hanya diperuntukkan bagi relawan, tetapi juga untuk publik luas yang ingin mendapatkan penjelasan langsung dari sumber resmi, tanpa bias dan tanpa framing media sosial.
Peluncuran forum ini menjadi sinyal penting bahwa pemerintahan Prabowo-Gibran melalui para pendukungnya tidak akan bersembunyi di balik birokrasi. Mereka siap menjelaskan, menerima kritik, bahkan mendengar suara-suara yang tidak sejalan. Karena bagi mereka, demokrasi tidak akan tumbuh dari keheningan, tetapi dari keberanian untuk berdialog.
“Berani Bicara” bukan sekadar nama, tapi sikap. Sikap untuk tidak diam saat kebenaran dipelintir, sikap untuk menjelaskan tanpa membentak, dan sikap untuk tetap waras dalam ruang digital yang penuh emosi. Ini bukan forum biasa. Ini adalah panggung untuk mereka yang ingin menjadikan suara sebagai alat perubahan, bukan alat perpecahan.